Tuesday, September 27, 2011

Resensi Buku: Inilah Politikku



Judul Buku : Inilah Politikku
Penulis : Muhammad Elvandi, 2010

"Sistem adalah jasad sedang ruhnya adalah referensi dan tujuan. Sistem bisa apa pun, tetapi referensi tetaplah islam, tujuannya tidak bisa tidak, harus Islam. Sistem mungkin berbeda setiap zaman, namun tujuan tetap Islam"

Kegamangan umat islam tentang politik selalu menjadi diskusi laris. Adakah politik islam? Bagaimana sistem politik Islam? menjadi pertanyaan yang menimbulkan semangat maupun sikap skeptis umat islam itu sendiri.

Politik secara harfiah diartikan sebagai as-siyasah dalam bahasa Arab yang artinya mengelola, mengatur, memerintah, dan melarang sesuatu. Secara definisi berarti prinsip-prinsip dan seni mengelola persoalan publik, atau seperti yang disebutkan oleh Yusuf Qaradhawi yang dinukil dari kamus Al-Kamil bahwa politik adalah semua yang berhubungan dengan pemerintahan dan pengelolaan masyarakat madani.

Istilah politik dalam Al-qur'an tidak akan pernah ditemui namun apa yang kemudian dapat dipahami dari surat An-Nisa:54, Al-Hajj: 41, dan An-Nisa:58 tentang makna kerajaan, kedudukan, hukum, dan keadilan? adakah kata lain yang lebih tepat untuk mewakili seluruh makna tersebut selain politik?. Makna tersebut dapat bersanding dengan Islam karena politik Islam berarti adanya standar syariah yaitu semua aktivitas politik Islam yang memenuhi makna membuat manusia lebih dekat kepada kebaikan dan lebih jauh dari kerusakan. Lalu, dalam bentuk apa Islam harus diejawantahkan? Bentuk adalah sistem (ad-nidzam), sedangkan ruhnya adalah referensi (al-mashadir) dan tujuannya (al-maqashid). Sistem mungkin berubah tetapi referensi dan tujuan tidak bisa tidak, haruslah Islam.

Menilik referensi terpercaya adalah perjalanan Rasulullah SAW. Rasulullah membutuhkan sebuah sarana besar untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah pilihan yang mampu mengelola seluruh detail kehidupan manusia. Rasulullah membutuhkan institusi untuk mengakomodasi persatuan umat Islam, keutuhan daerah umat Islam, dan memastikan agar syariat memimpin satuan terkecil kehidupan masyarakat yaitu negara. Dalam membangun institusi tersebut Rasulullah membangun pilar-pilarnya yaitu unsur negara pertama: 1. Mencetak manusia baru, dimana Rasulullah menjadi pembina terbaik bagi pada manusia-manusia dan prajurit Allah terlincah. 13 tahun pembinaan periode mekkah menitikberatkan kekuatan aqidah dan iman sehingga menghasilkan kader-kader yang siap meninggikan bendera islam. 2. Hijrah, hijrah mekkah ke madinah merupakan menolong dan melindungi aqidah serta hak-hak orang yang lemah sesuai dengan kebutuhan dan keadaan. 3. Membentuk masyarakat baru, dimana pembangunan bermula dari pembangunan infrastruktur negara dan simbol pertama pusat peradaban mereka, yaitu masjid, dari sanalah kegiatan negara tumbuh. 4. Kekuatan politik yang digambarkan oleh piagam Madinah. Keempat pilar tersebut yang akhirnya membuat tegak seluruh unsur negara Islam.

Bukti sejarah yang menguatkan adalah perjalanan khulafaur rasyidin dan bani-bani setelanya. Bagaimana prinsip syura tetap dikedepankan meskipun dalam perbedaan sistem dan bagaimana kekohonan iman dapat memperluas ekspansi Islam mencapai Andalusia hingga Romawi Timur di zaman bani Umawiyah, Abbasiyah, dan berakhir di ujung kekhalifahan Ustmaniyyah. Runtuhnya peradaban Islam bukan karena pembangunan melemah atau simbol bangunan Islam yang hancur terlebih karena rusaknya pribadi-pribadi muslim itu sendiri. Ada penyebab-penyebab utama kemunduran bani Ustmaniyyah yaitu:
1. Biasnya loyalias terhadap ulama Islam.
2. Menyempitnya pemahaman ibadah.
3. Pintu-pintu ijtihad tertutup rapat.
4. Perselisihan dan perpecahan

Inilah Langkah Politikku

Referensi sudah didapat maka inilah waktunya bagi para negarawan muslim untuk menentukan langkah politiknya. Dimulai dari diri sendiri yang perlu memperkaya diri dengan ilmu, penghayatan, dan amal. dalam konteks politik Islam, tiga pemahan yang harus dibangun adalah pemahaman tentang Islam, pemahaman tentang langkah peradaban, dan pemahaman tentang sistem politik Islam.

Pemahaman mendasar adalah tentang Islam itu sendiri, dimana Islam melandasi seluruh sendi kehidupan yaitu akidah dan ibadah, negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, kebudayaan dan perundang-undangan, ilmu dan kehakiman, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, serta militer dan pemikiran.

Setelah memahami Islam secara keseluruhan, beranjak ke pemahaman peradaban. Berdasarkan langkah perjuangan Rasulullah dapat disimpulkan ada 7 tahapan perjuangan Islam:
1. Memperbaiki Individu
2. Membangun Keluarga Muslim
3. Membimbing masyarakat
4. Memperbaiki pemerintahan dan membangun negara yang islami
5. Mengembalikan Khilafah
6. Mrealisasikan kepemimpinan Islam
7. Medeklarasikan Islam sebagai Guru Peradaban Alam Semesta.

Ketujuh tahap itu berada pada orbit-orbit perjuangan dimana memperbaiki individu dan keluarga atau pengokohan internal ada dalam mihwar tanzhimi. Berkembangnya pergaulan ke dalam unsur masyarkat membuka orbit mihwar sya'bi. Orbit perjuangan yang meningkat menjadi orbit institusional adalh mihwar muassasi. Terakhir di tingkat adalah orbit negara atau mihwar dauli.


Monday, September 19, 2011

September Ceria?

Ada yang bilang "September ini kita fullfighting yah!"
Ada yang nanya "Mau di sini atau di sana?"
Ada yang nyuruh "Akhir pekan ini penelitian ya, ploting 25 titik per jam!"
Ada yang minta "Tolong gantiin dulu ya ukh.. =) "
Ada yang sms "Mangga diliat Emailnya.."

tapi,,

Ada yang bilang lagi "Saya mau kerjain yang ini"
Alhamdulillah...
Ada yang sigap "Siap teh, saya smskan"
Alhamdulillah..
Ada yang memberi penawaran, "Mau dibantu yang mana?"
Alhamdulillah..
Ada yang memberi kabar gembira, "Udah ketemu teh, tetehnya =)"
Alhamdulillah..
Ada yang lain yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata,
berujung di pantai pasir putih siang malam...

Alhamdulillah, Subhanallah,,
ya,, ini memang September Ceria!

Wakafa billahi nashiroo..

Sunday, September 18, 2011

Suatu Hari di POM Bensin

Melihat turus penunjuk bahan bakar yang mulai mendekati huruf E, bergegas saya antre untuk isi bahan bakar di POM Bensin langganan dekat kampus. Singkat cerita ketika antre beda 2 motor di depan ada cewek menunggu -entah siapanya- sedang isi bensin. cewek ini ya cantik, dan pake celana pendek -banget- yang sekarang lagi ngetren (katanya), maka terjadilah percakapan antara dua petugas POM Bensin.

Petugas 1: melihat tanpa kedip ke arah cewek itu, sampe cewek itu bener-bener ilang.
Petugas 2: "Woi, tong ditingalian wae atuh*" (Hei, jangan diliatin terus atuh)

Petugas 1: "keun bae ah mumpung gratis, di Sari**m mah mayar" (biarin aja atuh, mumpung gratis, da di Sari**m mah bayar)

Ending: well, si neng geulis pergi dengan tiis*, tanpa sadar dia lagi disamain sama cewek2 lain yang mangkal di Sari**m.
#tanyakenapa?

Sunday, September 11, 2011

3 Ciri Sekularisme

Apa sebenarnya yang membuat sekularisme menjadi gunjingan populer hingga hari ini?

ternyata trauma sejarah masyarakat Eropa di abad pertengahan, kontradiksi dari apa yang mereka percayai, serta problem teologis yang mereka temui membuat sekularisme seolah-olah menjadi bagian dari kehidupan dunia internasional yang tak bisa dipisahkan.

Menurut Prof. Al-Attas, sekularisme memiliki setidaknya tiga ciri, yaitu:

1. disenchanment of nature
yaitu penghilangan pesona dari alam tabi'i. Artinya, paham sekuler senantiasa melihat alam sebagai objek atau aset yang boleh dipergunakan seluasnya dan tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan Tuhan.

2. desacralization of politics
yaitu peniadaan kesucian atau kewibaan agama dari ranah politik, dengan demikian agama dibatasi pada lingkungan privat masing-masing orang, dan tidak diperbolehkan untuk menguasai masalah-masalah sosial politik seperti pemerintahan, pembentukan undang-undang dan seterusnya. Prinsipnya segala hal yang menyangkut urusan masyarakat tidak boleh diputuskan dengan berdasarkan ajaran agama.

3. deconsecration of value
yaitu penghapusan kesucian dan kemutlakan agama dari nilai-nilai kehidupan karena agama menjadi urusan pribadi masing-masing, maka agama pun kehilangan kemutlakannya. Pada akhirnya segalanya akan dianggap relatif fan tentatif, sehingga tak ada satu pun prinsip dalam kehidupan yang bersifat absolut.

Sebelum menilik lebih jauh sekularisme negara yang selalu jadi wacana, ada baiknya kita mengevaluasi diri. Apakah ketiga ciri di atas benar-benar sudah bersih dari diri kita atau malah kita masih berada di zona abu-abu? Menikmati khusyuknya beribadah tetapi tetap berpikir masalah-masalah masyarakat tak layak diselesaikan dengan cara-cara agama, atau bangga karena diri peduli antar sesama tetapi memaklumi ketika ada sekelompok manusia yang menganggap semuanya 'sama' dan semuanya 'benar'.

Tapi, lihatlah bagaimana cara Allah menjawab hambanya yang gamang karena pemikirannya sendiri:

”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan manusia, supaya (Allah) merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) ” (QS. Ar-rum 41)

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." ( al- Baqarah
: 208-209 ).

Indah dan Sederhana...

Thursday, September 8, 2011

Rahasia Besar Kemenangan

Surat Khalifah Umar bin Khattab kepada Panglimanya Sa'ad bin Abi Waqqash:

“Amma ba’du. Aku memerintahkan kamu dan orang-orang yang bersamamu untuk selalu takut kepada Allah di setiap momen, karena takut kepada Allah adalah persiapan terbaik menghadapi musuh dan siasat tercanggih dalam peperangan. Aku juga menyuruhmu dan orang-orang yang bersamamu untuk waspada terhadap kemaksiatan lebih dari kewaspadaan terhadap musuh, karena dosa-dosa pasukan lebih aku takutkan daripada musuh.

Sesungguhnya, kemenangan yang diberikan kepada kaum muslimin, adalah karena kemaksiatan musuh-musuhnya. Tanpa itu, kita tidak mungkin menang, karena jumlah kita tidak seperti jumlah mereka yang lebih banyak; dan persiapan kita tidak seperti persiapan mereka yang matang. Oleh karena itu, jika kita bermaksiat, itu artinya mereka memiliki nilai lebih dari kita dengan kekuatan mereka. Kita tidak mengungguli mereka kecuali dengan ketakwaan, karena tidak mungkin tidak mengalahkan mereka hanya dengan kekuatan kita”


Wednesday, September 7, 2011

Couples

Read and Write were like a pair of lovers
-M.eF, 2011-

Our Idealism

Betapa inginnya kami,,
agar bangsa ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai dari diri kami sendiri

kami berbangga,
ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka,
Jika memang tebusan itu yang diperlukan atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan, dan cita-cita mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar

Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini,
selain rasa cinta yang telah mengharu biru hati kami, menguasai perasaan kami,
dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami

Betapa berat rasa di hati, ketika menyaksikan bencana mencabik-cabik bangsa ini,
sementara kita hanya menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan

Kami ingin agar bangsa ini mengetahui bahwa
kami membawa misi yang bersih dan suci, bersih dari ambisi pribadi,
bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu

Kami tidak mengharapkan sesuatu pun dari manusia,
tidak mengharap harta benda atau imbalan lainnya.
tidak juga popularitas, apalagi ucapan terima kasih...

yang kami inginkan adalah terbentuknya Dakwah Islam lebih baik,
bermartabat serta kebaikan dari Allah pencipta alam semesta...